NADA UNTUK ASA (2015) : Tak Perlu Takut dalam Keterbatasan

nada-untuk-asa-640x360

HIV/Aids menjadi salah satu topik bahasan penyakit yang sering dibahas di dalam sebuah film. Beberapa film pernah mengangkat penyakit ini menjadi sebuah drama haru biru. Sayang, tak semua film bertemakan hal yang serupa mampu memberikan sebuah pengertian jelas tentang penyakit ganas ini. Semua masih terasa abu-abu dan menjadi sebuah film penyuluhan dengan metode yang sama antar satu film dengan film lainnya.

Seakan tak merasa jera, HIV/Aids kembali diangkat lagi ke dalam medium sebuah film. Kali ini giliran Charles Gozali yang berusaha mengangkat penyakit ganas ini menjadi sebuah drama kehidupan yang mencoba menginspirasi. Nada Untuk Asa yang digarap oleh sutradara Finding Srimulat ini memiliki potensi untuk menjadi film bertemakan sama tetapi dengan kemasan yang berbeda. Dibintangi oleh pemain-pemain handal seperti Acha Septriasa, Marsha Timothy, Wulan Guritno, dan Darius Sinathrya, maka film ini memiliki nilai lebih yang patut diperhitungkan.

Lantas, apa yang berbeda dari Nada Untuk Asa? Tak ada yang berbeda dari cerita milik Nada Untuk Asa ini. Hanyalah kisah tentang dua orang wanita berbeda generasi yang sedang berjuang untuk hidup dengan penyakitnya. Nada (Marsha Timothy) mendapatkan penyakit ini dari Bobby (Irgi Fahreza), suaminya yang sudah berpulang. Bobby pada awalnya didiagnosa mengidap kanker paru-paru di saat-saat terakhir hidupnya. Tetapi, Gita (Nadila Ernesta) mencoba mencari tahu penyebab lebih kongkritnya. Nada merasa kaget atas penyakit yang ditularkan oleh suaminya ini. Dia merasa pesimis terhadap hidupnya.

Berbeda dengan Asa (Acha Septriasa), dari kecil sudah mengidap penyakit HIV dan harus terpaksa di-PHK oleh bosnya karena sang bos tahu dia mengidap HIV. Asa tetap menerima segala keputusan orang-orang dengan lapang dada. Asa tetap ceria menghadapi hari-harinya hingga akhirnya dia bertemu dengan Wisnu (Darius Sinathrya) di sebuah kafe. Wisnu mulai merasakan sesuatu yang berbeda dengan kepribadian Asa dan mereka selalu bersama-sama.

Kisah perjalanan Asa dan Nada dalam menghadapi penyakitnya inilah yang ditakutkan penontonnya untuk jatuh menjadi sajian penuh derai air mata yang berlebihan. Tak bisa disalahkan, karena penonton sudah terlalu sering ditawarkan film bertema sejenis yang digarap terlalu berlebihan. Tetapi, berbeda dengan Nada Untuk Asa milik Charles Gozali. Karena Nada Untuk Asa tak perlu didramatisir tapi mampu mengundang simpati penontonnya.

Penonton akan dengan mudah masuk dan memiliki koneksi dengan karakter Nada dan Asa. Karena karakter-karakter yang terinspirasi dari sosok nyata yang diperankan oleh Aktris-aktrisnya ini berhasil memiliki nyawa yang sangat kuat. Tentu itu berkat performa gemilang dari Marsha Timothy dan Acha Septriasa. Meskipun setiap adegan akan tetap dihiasi oleh perang air mata antar karakternya, tetapi tak ada kesan berlebihan. Semua tampil apa adanya dan mampu mengoyak emosi penontonnya.

Continue reading

HOME (2015)

Home (2015) posterI do not fit in. I fit out.”

DreamWorks Animation sepertinya masih berusaha untuk tidak menciptakan kesan terombang-ambing dari makna sesungguhnya dibalik nama yang mereka miliki, dimana film karya studio animasi yang menjadi pesaing serius bagi Disney dan Pixar ini masih belum mampu menciptakan image bagi penonton “film Dreamworks, pasti menawan.” Mimpi yang mereka ciptakan tidak selalu berhasil menciptakan hit di titik tertinggi, terlepas dari Shrek, Kung Fu Panda, dan How to Train Your Dragon, Dreamworks lebih sering menelurkan animasi standard yang akan dikenang karena warna-warna indah yang mereka berikan. Home, satu-satunya rilisan Dreamworks tahun ini, bergabung kedalam kelas tadi.

The Boov harus merasakan dampak dari rasa takut mereka yang mudah datang, sehingga setiap kali musuh bebuyutan mereka The Gorg menemukan tempat mereka bersembunyi The Boov terpaksa harus melarikan diri menuju planet baru. Kali ini di bawah komando Captain Smek (Steve Martin) mereka memilih bumi sebagai planet baru yang bukan hanya menjadi tempat persembunyian. Namun menariknya adalah masalah bagi The Boov tidak hanya datang dari lingkungan luar mereka saja, namun juga dari kaum mereka sendiri melalui salah satu Boov bernama Oh (Jim Parsons) yang melakukan kesalahan kecil namun fatal.

Home (2015) image stills Home (2015) image stills 1 Continue reading

City Of Bones

City Of Bones: The Mortal Instruments

Oleh: Cassandra Clare

ISBN  : 9786028224802
Rilis : 2010
Halaman: 664p
Penerbit: Ufuk Press (Ufuk Publishing House)
Bahasa : Indonesia
Rp.89.900

Memasuki Mortal Instruments, seperti digiring masuk ke sebuah kapal besar dengan penumpang; warlock, vampir, manusia serigala, dll. Anda bisa saja loncat dan berenang (kalau bisa berenang) jika tidak suka, tapi jika di sana bertemu dengan manusia setengah malaikat yang keren, apakah masih berpikir untuk loncat?

Jace (17 tahun) memiliki takdir sebagai  Nephilim, manusia setengah malaikat. Bersama dengan beberapa rekannya dia berjuang untuk menumpas iblis di dunia dengan sebutan Pemburu Bayangan. Dalam salah satu misi di sebuah club malam, Jace dan kawan-kawan bertemu Clary (16 tahun) seorang gadis yang ternyata bisa melihat keberadaan mereka. Itulah, awal dari petualangan-petulangan yang akan dilalui oleh Clary dan Jace, masuk di dunia yang dipenuhi oleh mahluk-mahluk mitos.

Continue reading

Cinderella (2015)

Cinderella (2015) poster“A dream is a wish your heart makes.”

Salah satu trend modern di industri perfilman yang sesungguhnya tidak pula dapat dikatakan sebagai sesuatu yang selalu pasti akan memberikan hasil positif adalah ketika sebuah film yang menggunakan materi “lama” wajib memberikan presentasi dengan sedikit sentuhan yang berbeda, dari upaya menunjukkan keberanian visi hingga menghasilkan sebuah “true refreshing”. Tapi disamping itu ada kisah tradisional dan klasik yang tidak perlu hal-hal semacam itu, tanpa perlu menawarkan sebuah sentuhan dan perubahan eksplisit yang berlebihan dan berpotensi mengganggu. Film ini punya keberanian untuk menjadi kemasan yang taat pada sumber aslinya namun tetap berhasil menampilkan kembali dongeng populer itu kedalam sebuah presentasi lembut dan kokoh yang modest, thoughtful, funny, playful, charming, and magical. Cinderella: beauty fairy story when Shakespeare meet Disney.

Setiap kali ayahnya (Ben Chaplin) pergi bekerja Ella (Eloise Webb) selalu melepasnya dengan rasa bahagia karena dengan begitu ada momen lain yang tidak kalah menarik bagi Ella untuk dinantikan, momen ketika ayahnya pulang bekerja yang kemudian akan mereka isi dengan bersenda gurau bersama hal sederhana seperti berlatih dansa misalnya. Suatu ketika kebahagiaan itu mendapat cobaan yang berasal dari ibu (Hayley Atwell) Ella yang meninggal dunia, tapi ternyata masalah bagi Ella tidak berhenti sampai disana karena ketika Ella (Lily James) telah dewasa sang ayah memutuskan untuk kembali menikah dan kali ini ia memilih seorang janda bernama Lady Tremaine (Cate Blanchett), wanita yang celakanya bukan merupakan sosok ibu yang “biasa”.

Bersama dengan dua anak perempuannya, Anastasia (Holliday Grainger) dan Drizella (Sophie McShera), Lady Tremaine memperlakukan Ella tidak seperti anggota keluarga, dan itu semakin kacau ketika sebuah bencana menimpa ayah Ella. Namun meskipun perlahan mulai diposisikan sebagai seorang pembantu Ella selalu ingat pada pesan dari orangtuanya, “have courage, be kind”, pesan yang selalu ia pegang teguh hingga akhirnya sebuah keajaiban menghampiri Ella. The Fairy Godmother (Helena Bonham Carter), seorang peri baik hati datang menghampiri Ella ketika ia hendak menghadiri undangan pesta bagi rakyat kerajaan dari Prince Charming (Richard Madden), pangeran yang diminta untuk harus secepatnya segera menikah, pria yang telah jatuh hati pada Ella sejak pertemuan tak sengaja mereka di hutan belantara sebelumnya.

Cinderella (2015) image stillsSama seperti mayoritas penduduk di bumi kisah tentang putri baik hati yang selalu sabar meskipun ditindas namun suatu ketika kemudian di ubah kehidupannya oleh sebuah kekuatan magis ini merupakan bagian dari masa kecil saya, hal yang lantas menciptakan dua kondisi yang menariknya berhasil memberikan sebuah senyum penuh rasa puas sembari tepuk tangan ketika Cinderella melambaikan tangan dari atas balkon itu. Yang pertama adalah dengan kondisi telah hafal pada cerita yang ia miliki penonton akan memperoleh situasi dimana mereka seperti bergerak secara bertahap sembari di temani dengan rasa penasaran pada bagaimana presentasi yang diberikan oleh tahap selanjutnya, yang notabene sejak awal sinopsis sudah mereka ketahui. Yeah, itu pencapaian yang memikat, dan disini kondisi kedua karena kuantitas serta kualitas dimana anda akan terpesona dengan Cinderella secara keseluruhan dapat semakin besar jika sejak awal anda tidak mengharapkan sesuatu yang berbeda pada penggambaran yang ia berikan.

Jangan kira dengan materi yang sudah sangat familiar di kantungnya itu tugas Kenneth Branagh juga akan semakin mudah, justru tugasnya semakin sulit, memberikan sebuah presentasi yang menyenangkan namun juga meninggalkan kesan segar tanpa harus menciptakan luka lewat modifikasi berlebihan. Disini Kenneth Branagh dan screenwriter Chris Weitz sepakat untuk memilih setia pada sumber asli yang mereka pinjam itu, sebuah keputusan yang sesungguhnya menciptakan impresi yang sangat berani karena dengan tetap menerapkan fundamental tradisional berarti ruang bermain yang mereka miliki otomatis tidak akan seluas jika dibandingkan apabila mereka memilih memberikan sesuatu yang berbeda dari sumber aslinya, sebuah kekurangan yang seperti tidak pernah eksis didalam eksekusi yang diberikan oleh Kenneth Branagh. Sejak awal hingga akhir Cinderella berhasil menjadi sebuah rollercoaster yang ramah dibalik gerak lincah.

Cinderella (2015) image stills1 Continue reading

Love Forecast

Love Forecast“They are very similiar and are in weird relationship.” 

It feels like you’re mine, it seems like you’re mine, but not. It feels like I’m yours, it seems like I’m yours, but not. It feels like we’re lovers, it seems like we’re lovers, but not. Whenever you see me, you act so vague to me. I hate hearing that I’m just like a friend. Di Korea sana kondisi yang familiar tadi dikenal dengan sebutan some (), situasi percintaan dimana I don’t love you but I only have you, teman tapi mesra yang buta pada perasaan karena friendzone yang kelewat nyaman. Love Forecast (Oneului Yeonae): an effective comedy about how complicated the thing we called love.

Kim Hyun-woo (Moon Chae-won) merupakan seorang wartawan berita cuaca dengan kepribadian bubbly penuh kesan imut menggemaskan yang membuatnya menjadi pujaan para pria. Namun ternyata dibalik tampilan atraktif dan menggoda itu ketika sedang berada di luar lingkungan kerjanya Hyun-woo merupakan wanita berjiwa bebas yang akan mengeluarkan kata-kata kasar dari mulutnya ketika ia sudah tenggelam dalam pengaruh alkohol. Perilaku tersebut yang selalu menyulitkan sahabatnya yang bernama Kang Joon-soo (Lee Seung-gi), pria yang akan segera datang ketika Hyun-woo yang sedang mabuk minta di jemput, dan kemudian mengantarkannya menuju apartemen Hyun-woo yang seperti telah menjadi rumahnya yang kedua.

Kang Joon-soo sudah memendam perasaan sejak lama pada Kim Hyun-woo, bukan satu atau dua tahun melainkan selama 18 tahun, sejak momen dimana ia ditolak oleh Hyun-woo yang mengatakan ia tidak merasakan getaran cinta dari Joon-soo, hal yang ia temukan pada pria bernama Dong-jin (Lee Seo-jin). Namun sejauh mana mereka terpisah, termasuk ketika fotografer bernama Andrew (Jung Joon-young) dan wanita bernama Hee-jin (Ryu Hwayoung) mencoba membawa Hyun-woo dan Joon-soo menuju arah yang berbeda, teman tapi mesra ini terus berjuang untuk menetapkan perasaan mereka pada situasi yang selama ini menjadi bagian dari pertemanan mereka, I don’t love you but I only have you.

Continue reading

Al-Asbun Manfaatulngawur

8758684

Al-Asbun Manfaatulngawur

Oleh: Pidi Baiq

ISBN                      :               9789790660878

Rilis                        :               2010

Halaman              :               173p

Penerbit              :               DAR Mizan

Bahasa                  :               Indonesia

“Masyarakat dengan jumlah orang bodohnya yang banyak, maka demikianlah kemenangan ditentukan oleh mereka yang bodoh. Masyarakat  dengan jumlah orang cerdasnya yang banyak, maka demikianlah kemenangan pemilu yang berkualitas.” [Rapia , 6:16]

Tidak sanggup rasanya memberi judul resensi buku ini selain judul aslinya.  Buku yang lahir dari penulis yang sudah tersohor sebelumnya dengan buku seri Drunken; Pidi Baiq.

Dilayout dengan format seperti halnya kitab-kitab yang dilengkapi dengan ayat-ayat, kemudian dibuat  kalimatnya dengan gaya penyampaian juga seperti penyampaian di ayat yang ada di dalam kitab-kitab. Juga tak ketinggalan ilustrasi-ilustrasi menarik “a la kitab”. Lengkaplah sudah, buku ini seperti halnya sebuah kitab (suci).

Continue reading

How the World Makes Love

buku_howtheworldISBN : 9789790241589
Rilis : 2009
Halaman : 496p
Penerbit : Serambi
Bahasa : Indonesia
Rp.69.900

Coba Anda bayangkan; ketika sore hari saat duduk-duduk santai nonton tv, kekasih wanita Anda di lain ruangan yang akan berangkat mandi berseru “Aku mau mandi, kau mendengarku?”

Bila sesama perempuan normal, akan terdengar biasa saja, tapi bagi pria ternyata bisa dikonotasikan bermacam-macam.

“Apakah itu ‘kau mendengarku’ yang berarti ‘apa kau mengabaikanku’ atau ‘kemarilah dan bercinta denganku di kamar mandi?”

Ow..ow…..ternyata begitulah yang ada di benak pria.. jadi berhati-hatilah wahai wanita jika melontarkan kalimat pada pasangan Anda..:)

Hal itulah yang diungkapkan Franz Wisner dalam bukunya How The World Makes Love. Buku keduanya setelah Honeymoon With My Brother yang rencanaya akan difilmkan.
Kali ini kepergian Franz keliling dunia, bukan untuk mengobati luka hati akibat insiden Runaway Bride-nya akan tetapi justru ingin tahu dan menguak kisah cinta dan perilaku-perilaku percintaan di Negara-negara lain.

Mulai dari Los Angeles, Brazil, India, Nikaragua, Republik Cheska, Mesir, Selandia Baru dan Bostwana.

Continue reading

Mockingjay

Mockingjay
Katniss gegar otak, dan dirawat di distrik 13. Selama masa pemulihan, sebuah tim telah terbentuk. Tujuan utamanya adalah menjalankan pemberontakan, dengan menginformasikan kepada distrik lain bahwa Katniss masih hidup. Katniss yang awalnya ragu untuk menjadi Mockingjay, akhirnya berubah pikiran. Akan tetapi dia mengajukan syarat, seperti dia dan Gale diizinkan untuk berburu, dibebaskannya Peeta, Johanna, dan Ennobaria dari tuntutan hukum jika kelak mereka selamat, dan satu yang mengejutkan, Presiden Snow harus mati ditangannya. Coin, presiden distrik 13 setuju pada syarat yang diajukan Katniss.
Cara pertama yang mereka tempuh adalah dengan membuat Propo, semacam broadcast dalam bentuk video, untuk mengajak setiap distrik bersatu melawan Capitol. Propo disebarkan ke tiap distrik melalui sistem penyiaran yang telah mereka ciptakan. Untuk mendapatkan feel yang nyata, maka diputuskan untuk melempar Katniss ke medan perang yang sebenarnya.

Katniss, Gale, dan 4 anggota tim (dua kameramen) diterjunkan ke distrik delapan. Mereka datang di waktu yang tepat, karena setelah menjenguk korban di rumah sakit darurat, pesawat penjaga perdamaian datang untuk menjatuhkan bom. Momen ini tidak disia-siakan oleh tim. Mereka berhasil mengabadikan momen-momen perlawanan Katniss, ditutup dengan kalimat, “Jika kami terbakar, kau terbakar bersama kami”. Yap, kalimat itu untuk presiden Snow. Meskipun pada kenyataannya Propo tidak sampai ke Capitol, tapi setidaknya Propo sampai ke distrik 2, distrik yang memilih bersekutu dengan Capitol.

Keberhasilan ini membuat tim memutuskan untuk membuat semacam series yang berisi para korban dari Hunger Games, dengan tujuan mengajak tiap distrik untuk mengingat betapa kejamnya Capitol. Suatu ketika propo terbaru tayang, dan Katniss kebetulan sedang berada di rumah sakit bersama Finnick. Ya, Finnick, lelaki yang menjadi sekutu di Quarter Quell, yang sedang mengalami perawatan karena gegar otak. Setelah propo selesai, tiba-tiba muncul propo dari Capitol, yang berisi wawancara dgn peeta. Satu kalimat yang sukses membuat Katniss goyah adalah: “apakah kau benar-benar percaya pada orang yang bekerja bersamamu?”. Peeta (terpaksa) menjadi senjata bagi Capitol.
Finnick & Katniss sepakat untuk merahasiakan kepada orang lain bahwa mereka melihat Propo tersebut. Dan anehnya, tidak ada satupun yang menyinggung masalah propo Peeta, sehingga membuat Katniss kecewa kepada Gale, orang yang selama ini selalu ia percaya. Keesokkan harinya, propo Peeta kembali muncul, dengan isi kontroversial, “Dan kau… Di Tiga Belas, tewas besok pagi.”
Peeta, orang yang telah dicap pemberontak oleh distrik 13, justru memberikan kode akan terjadi penyerangan. Evakuasi segera dilakukan, dan tidak lama kemudian serangan pertama datang. Tapi, posisi distrik 13 yang berada dibawah tanah, dengan elevasi tertinggi sejajar dengan permukaan tanah, menyebabkan serangan tersebut hanya menyebabkan sedikit goncangan. Misi penyelamatan dimulai, Peeta berhasil direbut kembali, termasuk Annie, kekasih Finnick. Tapi celakanya, otak Peeta telah dibajak oleh Capitol. Ini membuat Peeta sangat membenci Katniss, sehingga berupaya membunuh Katniss.
Perlawanan hampir berakhir disemua distrik, kecuali distrik 2. Katniss pun meminta agar ia dikirim ke distrik 2. Disana, didekat gunung Nut, gunung yang telah diubah capitol menjadi markas militer, tim distrik 13 mendirikan camp. Mereka memutuskan untuk menjatuhkan bom diatas permukaan Nut, menyebabkan terjadi longsor sehingga para pekerja akan terjebak didalam. Tapi terowongan tidak mereka tutup, sehingga jalur kereta bisa digunakan untuk evakuasi. Ya, inilah yang sempat menjadi dilema tim distrik 13. Ada yang tidak terima jika semua harus tewas, karena belum tentu semua yang ada didalam Nut berada dipihak Capitol. Akibat bom tadi, tentara Capitol terpaksa mundur beberapa blok. Kabar baik datang. Setelah banyak cara tidak berhasil, akhirnya distrik 13 menunjukkan video Katniss yang sedang menyanyikan lagu Pohon Gantung kepada Peeta. Ia mengenali lagu itu, bukan karena Katniss, tetapi karena ayah Katniss.
Kembali ke distrik 2. Haymitch meminta Katniss untuk memberikan pidato, memanfaatkan momentum yang ada. Katniss mencoba menghampiri seorang penambang yang kemudian menodongkan pistol kearahnya. Ia terjatuh, dan mengaku bukan budak Capitol. Ia meminta Katniss memberi alasan agar ia tidak menembak Katniss. Katniss mencoba mengingatkan, bahwa semua memiliki satu musuh, yaitu Capitol. “Mari! Bergabunglah bersama kami!” Ya, pidato ini disiarkan keseluruh Panem. Namun, Katniss tetap tertembak.

Continue reading

The Babadook (2014)

The Babadook (2014) poster

“Let me in! Let me in!”

Mana diantara dua opsi berikut yang menurut anda akan memberikan sensasi menonton yang lebih mengasyikkan: secara konsisten terus disajikan berbagai materi horor dari gimmick klasik hingga jump scare, atau justru masuk kedalam petualangan dimana anda hanya di beri tahu bahwa ada sesuatu yang menyeramkan disana namun kemudian dilepas untuk bermain-main secara liar bersama imajinasi yang perlahan membentuk sendiri rasa takut anda? For me opsi kedua lebih mengasyikkan, dan film ini punya hal tersebut, The Babadook, a very good classic haunted house & psychological horror. Gripping. Riveting!

Pada hari dimana ia hendak melahirkan, wanita bernama Amelia (Essie Davis) justru harus kehilangan salah satu sosok yang paling ia cintai dalam hidupnya. Suaminya, Oskar (Ben Winspear), meninggal dunia akibat kecelakaan mobil tujuh tahun yang lalu, kisah yang juga menjadi favorit bagi anak mereka Samuel (Noah Wieseman) untuk diceritakan kepada orang lain. Celakanya beban Amelia tidak hanya harus berjuang keluar dari mimpi buruk tadi, menjadi ibu tunggal di usia muda, namun juga harus berhadapan dengan tingkah laku Sam yang bahkan telah dinilai mengerikan oleh orang-orang disekitar mereka.

Namun seperti ibu pada umumnya Amelia tidak merasa ada yang salah pada Sam, ia bahkan dengan sabar menunjukkan pada anaknya itu bahwa tidak ada sosok aneh di dalam lemari hingga dibawah tempat tidur seperti yang ia ucapkan, dan kemudian membacakan Sam buku cerita sebelum tidur. Tapi suatu hari siklus yang mereka lakukan secara teratur itu berubah dimana Sam diperbolehkan untuk memilih buku cerita yang ia inginkan. Buku yang dipilih itu berjudul “Mister Babadook”, buku bersampul merah tanpa penerbit dan penulis yang berkisah tentang tuan Babadook, sosok supranatural yang membawa bahaya bagi mereka.

The Babadook (2014) imagePertanyaan di bagian awal tadi sesungguhnya telah menjadi clue yang sangat besar, bahwa The Babadook bukan merupakan sebuah horror yang menggunakan premis dari sinopsis yang ia punya agar membuka arena bermain untuk kemudian menyuapi penontonnya dengan materi horror sembari mengajak mereka mencari jawaban atas teka-teki yang ia lemparkan. Jennifer Kent menekan kuantitas hal tersebut pada kisah yang ia lebarkan dari film pendek miliknya yang berjudul Monster ini, menjaganya untuk tampil dalam kualitas yang tidak kalah baik, namun kemudian menyandingkan hal tadi bersama perputaran cerita yang berisikan kelelahan psikologis atau penderitaan mental yang menyenangkan.

Continue reading

Perjalanan Paulo Coelho Pada Masa Krisis Keyakinan

alephISBN    :    9789792296372
Rilis    :    2013
Halaman    :    312
Penerbit    :    Gramedia Pustaka Utama (GPU)
Bahasa    :    Indonesia

Apa yang kaulakukan saat ini akan mengubah masa depan.

Memutuskan. Mengubah. Menjadi. Mencari jati diri. Melangkah. Berbuat. Bangkit. Bereksperimen. Mencapai. Menantang. Bermimpi. Menang. Menemukan. Menuntut. Berkomitmen. Berpikir. Meyakini. Menguatkan. Bertanya. Bertumbuh. Berpartisipasi. Membangkitkan kesadaran.

Dalam bukunya, ALEPH, Paulo mengajak kita untuk mengambil tindakan. Sebab sudah waktunya kita merasakan kebutuhan untuk meninjau bagaimana kita menjalani hidup ini, apakah kita berada di tempat yang kita inginkan, dan melakukan hal yang ingin kita lakukan

Aleph berdiameter sekitar dua sampai tiga sentimeter, akan tetapi seluruh ruang kosmis ada di dalamnya, tanpa berkurang ukurannya. Masing-masingnya tak berbatas, sebab aku bisa melihatnya dengan jelas dari setiap titik di alam semesta.

–          Jorge Luis Borges,The Aleph

Paulo Coelho menuangkan kisah perjalanan spiritualnya dalam sebuah novel berjudul Aleph.  Kisah perjalanan dengan kereta api di jalur Trans-Siberian yang melintasi Moscow hingga Vladivostok, menempuh jarak 9288 km dengan perbedaan waktu 7 jam.

Perjalanan ini sebenarnya berawal dari rasa krisis keyakinan yang dialaminya, juga ada rasa semacam belenggu rutinitas yang membuatnya ingin kembali mempertanyakan apa sebenarnya arti kebahagiaan. Hidup serba berkecukupan, dikelilingi oleh orang-orang yang dicintai dan mencintai, memang sepertinya sangat menyenangkan. Tapi Paulo ingin kembali “tumbuh” lagi sisi spiritualnya dengan bertemu orang-orang baru, peristiwa baru, suasana baru. Bukan karena kurang bersyukur atas apa yang telah didapatkan dan dirasakan saat ini, tapi bertemu dan berbicara dengan orang baru juga merupakan rekreasi pikiran dan menambah pengalaman spiritualnya.

Continue reading